Skip to main content

Posts

Sowan dateng Guru-guru SMA

Sebuah penunaian ibadah silaturahmi, nyebrang kali di lakoni, mlaku sampek bonceng telu yo di tataki. Insyaallah, dengan ikhlas niat menjalin silaturahmi, memberkahkan umur, melapangkan rejeki. Dawuhe Bu Ima, dadi wong lanang kudu duwe rencana, gak iso mili ae koyo banyu kali. Suwun bu, mugi2 sehat2 lan murah rejekinepun. Lamongan, 18 Juni 2018
Recent posts

Alat dan Niat dalam Pusaran Diri

Beberapa waktu lalu saya sempat menuliskan sesuatu di Istatory saya yang bunyinya seperti ini:”Bisa jadi bukan karena ketiadaan alat, tapi tidak hadirnya niat, Mungkin bukan karena tidak ada kesempatan, tapi karena tertutup kemalasan”. Hal tersebut terinspirasi saat saya mempersiapkan diri menjelang idul fitri, salah satunya potong rambut agar terlihat rapi dan klimis. Memang menunda hal yang dapat kita saat ini sering sekali membuat repot sendiri, bukan keuntungan yang didapat, tapi kemalangan dikemudian hari. Saat bisa potong rambut di Surabaya bahkan saat itu bapak dan om juga potong, saya memilih menundanya, ah nanti saja di desa. Dan memang benar sy potong rambut di desa, tapi bedanya saya harus antri panjang, hingga tidak jadi, kembali sore hari, sama saja ramenya, kembali esok hari ternyata makin ramai, wajar saja 1 desa dengan ribuan penduduk hanya ada 1 tukang cukur rambut (karena di desa kebanyakan masih potong rambut dengan tetangga, tapi ini sudah tergerus, kapan2 kita baha

Pemikiran berkembang

Ada dua hal yg menjadi catatan bergaris bawah (selain catatan lainnya) dr lembar 1-35 Buku Tourism marketing 3.0 yang sedang saya baca. Pertama adalah pergeseran dari individual ke social, dalam konteks ini adalah inisiatif pada masyarakat yg merata saat ini, yaitu masyarakat yg akses pendidikan, pengetahuan, jaringan, komunikasi dapat terjangkau oleh siapa saja, inisiatif dan perubahan tidaklah hadir dari satu orang superpower, tetapi merupakan kolektif dalam komunitas atau kelompok masyarakat yg mempunyai kesamaan persepsi dan mau bergerak bersama. Maka kawan,  temukan 'squad/clan' dan berusahalah menjadi superteam untuk sebuah kebaikan, bukan (hanya) menjadi superman. Kedua adalah generasi (yg) tua akan berfikir bahwa pengalaman adalah pengetahuan paling berharga, padahal diera sekarang perubahan itu datang dengan begitu cepat dan masiv, maka masa depan akan sangat dinamis dan berubah dari kondisi yang lalu, maka jangan hanya sibuk menengok kebelakang tapi tataplah kedepan

Mengemudikan Kendaraan, Menjaga Kesadaran

Mungkin sudah menjadi rutinitas kita dalam berkendara kita memegang kendali kemudinyanya, apalagi di Negara seperti indonesia yang mass transportation baru-baru saja berkembang dan belum menjangkau semua kalangan. Kepemilikan kendaraan pribadi menjadi hal yang lumrah bahkan harus, maka tidak heran dalam satu rumah bisa memiliki 3 kendaraan roda dua, satu untuk kakak ke sekolah, satu untuk ibu ke pasar dan standby di rumah, satu lagi buat ayah ke tempat kerja. Ada hubungan menarik terkait manusia dan kendaraannya yang ingin saya kupas, satu ini adalah terkait antara aspek psikologis dan kendaraan itu sendiri. Menurut Benjamin Bloom dalam bukunya Taxonomy of Educational Objective (1956) disebutkan jika dalam pendidikan atau bisa kita sebut sebagai kemampuan manusia terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu kognitif yang berkaitan dengan kecerdasan dan aspek intelektualitas lainnya, afektif yaitu terkait perasaan, minat dan sikap, dan psikomotorik terkait dengan keterampilan gerak. Ketiga asp

Pasca Kampus dan Gaya Hidup

Sudah seharusnya dan sewajarnya pada masa post modern seperti sekarang kita merasakan masamasa pasca pendidikan, pendidikan formal khususnya. Karena pasca bangku sekolah sungguh banyak ladang ilmu yang masih perlu dicangkul, digali sari pati pelajarannya. Ilmuilmu praktis yang bisa langsung dipraktekkan dan seringkali langsung berdampak. Selain itu, pasca sekolah juga menjadi ladang, bagi merekamereka untuk mencangkul dan menanam harapan, menumbuhkan semangat dan menuai hasilnya, yg tidak hanya sendirian menikmatinya, tapi untuk bersama. Idealnya begitu. Tapi setelah menapakinya, tenyata masih hutan belantara, ladang yg ideal belum ditemukan. Ada beberapa kemungkinan, kita terjebak dan tersesat tanpa pernah membuat ladang itu terwujud, atau kita terpaksa menumpang ladang orang, menjadi follower saja. Atau pilihan yg kebanyakan millenial menyukainya adalah menjadi orang yg membuka lahan sendiri. Tapi ini berat kawan. Tapi bukan mustahil. Banyak sekali semak menyesatkan, lumpur pengh

Last Night at Pempek Factory

Pempek dan Palembang rasa-rasanya tidak dapat dipisahkan, huruf depannya saja sama, meski mungkin sebenarnya tidak ada hubungannya. Lebih dari 10 Bulan menjadi bagian dari skrup-skrup Kota terbesar kedua di Bumi Andalas ini menyisakan banyak pengalaman dan pembelajaran. Kalau katanya patah hati yang paling sakit adalah ketika: Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, hilang pas lagi cinta-cintanya, maka hampir seperti itu yang dirasa, karena sudah mulai nyaman dengan udaranya, dengan sekitarnya, telah berdamai dengan kulit yang menghitam, dengan debu yang lebih mrnrmpel dibandinkan sisa-sisa kerak sabun, dengan bau karet dan bau badan sendiri, dengan air gambut dan warna kopinya, sudah berdamai. Tapi memang, sebuh lompatan butuh pemicu dengan cara turun dahulu, kalau tidak begitu tidak terpacu dan melaju, harus berhijrah lagi, bismillah. Kita lanjut perjalanan ke Bogor esok. Terimakasih Sumatera Selatan dan hiruk senyap di dalamnya, sampai jumpa lagi di lain kesempatan.

Pa, Pulang

Ramadhan tentu saja menjadi oase ditengah gurun 11 bulan duniawi. Tentu saja, rahmat, taufiq, hidayah, ampunan berlimpah dan di’diskon’ kepada siapa-siapa yang mau. Kalau diskon baju saja pada berebut, kenapa ini tidak. Sungguh sayang tentunya kan?. Bebicara tentang baju diskon, tentu tak lepas dari baju baru, akrab juga dengan ‘pelengkap’ ketika Lebaran, puncak dan perayaan setelah ramadhan penuh perjuangan (paling tidak seharusnya begitu). Hati baru yang telah dipermak selama masa pengeblengan bernama Ramadhan ini di’perkakas’kan berupa kebendaan serba baru, sebutlah baju, sepatu, sandal, sarung, kebaya, setelan seragam sekeluarga, bros, kerudung atau tetek bengek lainnya, kalau TIDAK, maka bukan lebaran namanya. Rasa-rasanya sentimen ini begitu melekat di benak kita, mungkin karena dari kecil kita sudah dididik, dicontohkan hal-hal kebendaan ini. Saya ingin mengatakan, tidak salah dengan barangbarang baru itu, jika darinya muncul kecintaan, muncul kebanggan akan sebuah ke