Skip to main content

Pergerakan Mahasiswa

Pergerakan mahasiswa telah terjadi sekian lama. Dimulai dari di sekolahkannya para pemuda pribumi oleh pemerintah hindia-belanda hingga akhirnya pemuda-pemuda tersebut berikrar dengan Sumpah Pemuda. Sampai Kemerdekaanpun Pemuda selalu berada di garis depan mengawal kemerdekaan. Hingga ketika orde baru gerakan mahasiswa dibatasi karena SK yang melarang untuk berkumpul dan berorganisasi. Akibat adanya Mosi tidak percaya dan krisis moneter pada tahun 1998 Mahasiswa dan masyarakat sudah gerak dan melakukan REFORMASI.
Sejarah yang begitu heroik, tak semestinya lekang oleh waktu. Mahasiswa sudah semestinya bermanfaat untuk masyarakat. pada Tridarma Perguruan tinggi pun di sebutkan bahwa adanya Lembaga pendidikan tinggi adalah untuk Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian masyarakat.
Sudah semestinya Mahasiswa melaksanakan Tridarma tersebut tidak meninggalkan salah satunya. Pendidikan harus di utamakan, Penelitian harus di laksanakan, dan Aksi nyata juga harus digalakkan.
Masa telah berubah, maka gerakan mahasiswapun harus berubah, karena masalah yang dihadapipun berbeda. Dengan mengajak masyarakat lebih sadar lingkungan, dengan menumbuhkan Nasionalisme diberbagai kalangan, dengan megawal masyarakat mendapatkan hak-haknya. Dan masih banyak hal yang bisa kita kerjakan.
Karena Pergerakan Mahasiswa adalah nyawa, Karena Pergerakan Mahasiswa adalah Rel yang wajib kita lalui dalam Organisasi.
-Pergerakan Mahasiswa seperti BIS, Kamu mau naik atau tidak, BIS akan tetap melanjutkan perjalanan. Maka Pilihlah, Ikut melakukan pergerakan, Atau Hanya diam sebagai patung di tepian- Dikutip dari kata-kata Rani Kilatsih Sekjen BEM Biologi UGM 2012 dengan sedikit tambahan.

Comments

Popular posts from this blog

Petualangan Baru

Duh, lama tidak menulis, hehe, ya kalau mau alasan karena laptop lama tepar hehe. Diselingi deru bunyi gesekan rel dan roda kereta, aku menghayal dan menyelam akan waktu yang lalu. Kalau disebutkan dengan kata-kata, banyak sekali yang bisa mewakili Jogja, apa? Rindu, Kenangan, Angkringan, Malioboro, Pantai, Kaliurang, Merapi, UGM, Pogung, Transjogja, JEC, Gramedia, Toga Mas, Jatabi, Sarang, Pantai, Sungai, Rumah?. Terlalu banyak untuk dituliskan, lebih karena aku tak ingin semakin dalam mengenangnya. Dan sekarang dititik ini, kembali berkaca. Manusia itu unik, ketika SMA ingin kuliah? Ah ditempat yang top lah. Ketika kuliah, ingin masa-masa SMA kembali, masa SMA emnag paling indah, dalihnya. Ketika kuliaaaah lamaaa pengen ndang lulus, selain karena kawan-kawannya dah pergi, tentu merasa juga tekanan dari rumah semakin tajam menghujam. Nak nda lulus. Lulus akhirnya menjadi kata yang begitu diidam-idamkan, lebih dari kata Nikah. Lulus, pengen kerja, iya dong, masa menggaggur mulu,...

Peluang Strategis Asosiasi Petani

‘’Semakin dekat pekerjaan itu dekat dengan tanah, semakin kurang berkelaslah pekerjaan itu minke” kata Ibu minke dalam Novel Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya. Dan tentu kita sepakat jika petani, adalah profesi yang sangat dekat dengan bahan hasil pelapukan batuan dan materi organik ini (tanah). Petani dipandang dari sisi historisnya telah menjadi kemampuan muthakhir dalam perkembangan umat manusia yang awalnya berpindah-pindah dan hanya berburu, lalu berkembang menjadi bercocok tanam, memproduksi sumber makanan melalui pertanian. Sudah barang tentu ini merupakan kelakuan sadar manusia jika alam tidak mampu lagi menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebuuhan populasi manusia yang semakin meningkat, jika tidak melakukan suatu proses produksi. Pada tahun 1980 Robert Maltus mencentuskan ‘Revolusi Hijau’ yang diartikan sebagai peningkatan produksi pertanian semaksimalnya dan menekan pertumbuhan penduduk seminimalnya. Di Indonesia pada khususnya melalui Presiden Soeharto mencanangkan p...

Pa, Pulang

Ramadhan tentu saja menjadi oase ditengah gurun 11 bulan duniawi. Tentu saja, rahmat, taufiq, hidayah, ampunan berlimpah dan di’diskon’ kepada siapa-siapa yang mau. Kalau diskon baju saja pada berebut, kenapa ini tidak. Sungguh sayang tentunya kan?. Bebicara tentang baju diskon, tentu tak lepas dari baju baru, akrab juga dengan ‘pelengkap’ ketika Lebaran, puncak dan perayaan setelah ramadhan penuh perjuangan (paling tidak seharusnya begitu). Hati baru yang telah dipermak selama masa pengeblengan bernama Ramadhan ini di’perkakas’kan berupa kebendaan serba baru, sebutlah baju, sepatu, sandal, sarung, kebaya, setelan seragam sekeluarga, bros, kerudung atau tetek bengek lainnya, kalau TIDAK, maka bukan lebaran namanya. Rasa-rasanya sentimen ini begitu melekat di benak kita, mungkin karena dari kecil kita sudah dididik, dicontohkan hal-hal kebendaan ini. Saya ingin mengatakan, tidak salah dengan barangbarang baru itu, jika darinya muncul kecintaan, muncul kebanggan akan sebuah ke...