Banyak kata-kata Sukarno yang menjadi penyemangat dan inspirasi pemuda Indonesia. Seperti “Jas Merah; Jangan pernah lupakan sejarah”, “Berikan aku seratus orang tua dan akan aku getarkan gunung semeru, berikan aku sepuluh pemuda yang mencintai bangsanya dan akan ku guncang dunia”, “Biarlah kekayaan negara kita tersimpan di perut bumi, hingga anak negeri mampu mengolahnya sendiri”.
Sukarno mengawali pergerakannya
dengan bergabung menjadi anggota Jong Java cabang
Surabaya pada tahun 1915. Pada tahun 1926, Sukarno mendirikan Algemene
Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische
Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi
ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesiayang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas
Sukarno menyebabkan dirinya dipenjara beberapa kali hingga benar-benar
dibebaskan pada masa penjajahan Jepang.
Masa penjajahan Jepang terjadi pada
tahun1942-1945. Pada masa itu tokoh-tokoh seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lainnya melakukan kegiatan perjuangan
kemerdekaan secara nyata dengan bekerja sama dengan pemerintah jepang, meski
ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena
menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya. Sukarno aktif dalam usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar
dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan.
Sukarno bersama tokoh-tokoh nasional
mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah
sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Kecil yang terdiri dari
sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Sukarno-Hatta mendirikan Negara
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Peristiwa Rengasdengklok (16 Agustus 1945), Sukarno dan Mohammad Hatta dibujuk
oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda
yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para
pemuda menuntut agar Sukarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan
Republik Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi
presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19 September 1945
kewibawaan Sukarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa
Lapangan Ikada tempat 200.000 rakyat Jakarta.
Presiden Sukarno peduli pada nasib
bangsa Asia-Afrika, yang masih belum merdeka, belum
mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Presiden Sukarno, pada tahun
1955 berinisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang
menghasilkan Dasasila Bandung. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok.
Indonesia memiliki sifat politik luar
negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Sukarno mengunjungi
berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya
adalah Nikita Khruschev(Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).
Indonesia menjadi
tidak stabil setelah enam jenderal dibunuh
dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965. Pelaku
dari pristiwa ini masih misteri, meski PKI yang dianggap bersalah. Kemudian
massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi
Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar
PKI dibubarkan. Namun,
Sukarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandanganNasakom (Nasionalisme,
Agama, Komunisme). Sikap Sukarno
yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.
Pada bulan maret dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Sukarno. Surat
itu berisi perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan
keselamatan pribadi presiden. Surat
tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang
telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk
membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. Kemudian
MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang
pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan
jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi
presiden apabila presiden berhalangan.
Sukarno kemudian membawakan pidato
pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum
ke-IV MPRS. Pidato
tersebut berjudul "Nawaksara" dan
dibacakan pada 22 Juni 1966. MPRS
kemudian meminta Sukarno untuk melengkapi pidato tersebut. Pidato
"Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Sukarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh
MPRS pada 16 Februaritahun yang
sama.
Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Sukarno menandatangani Surat
Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka. Dengan
ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de facto menjadi
kepala pemerintahan Indonesia. Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS
pun mencabut kekuasaan Presiden Sukarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi
dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.
Sejak Agustus 1965 kesehatan Sukarno semakin menurun. Sebelum
akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta. Sukarno
dimakamkan di Kota Blitar, Jawa.
Hingga sekarang makam Sukarno sering dikunjungi peziarah dari berbagai daerah
bahkan negara.
Pidato yang mengebu-gebu menjadi
ciri khas dari Sukarno, mengugah semngat bagi orang-orang yang menyaksikannya.
Meski sudah 43 tahun setelah wafatnya semangatnya akan terus menular ke
generasi muda bangsa Indonesia. Semangat untuk memajukan bangsa Indonesia,
menciptakan perubahan.
Daftar Pustaka
Tim Edisi Khusus Sukarno. 2001.
Sukarno Paradoks Revolusi Indonesia. Tempo. Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Sukarno
uniquepost.com
uniquepost.com
Comments
Post a Comment