Skip to main content

Selamat Hari Ibu, Setiap Harinya.

22 Desember 2015. Bertepatan dengan H-17 Kongres Koloni KSE. Hari ini juga Hari Ibu (International). Saya sih biasa saja, karena percaya 1 hal bahwa setiap hari spesial, dan berbakti dan menyayangi mereka setiap hari sudah menjadi hal seharusnya. Lalu?. Jadi Hari Ibu sebagai momentum saja, pengingat bagi yang lupa, dan penguat bagi yang lemah. Jika udah ingat biar makin ingat, kalau udah kuat biar makin kuat. Jadi, sah-sah saja dan baik merayakan hari ibu (menurut saya) .
Hal sederhana bagi anak rantau seperti saya, yang ‘merantau’ jauh dari keluarga darah sejak SMA (6,5 tahun lalu)  tentu menjadi hal yang sudah tahan jauh dari orang tua dan keluarga, karena ditempat baru selalu ada keluarga baru (insyaallah). Meski yang namanya rindu akan selalu bersiklus dan menghinggapi hati-hati yang lelah atau sendu, juga (semoga) hati ketika buncah dan bahagia.
Kalau ibarat semut, worker akan mencari makanan (ilmu dan rejekilah ya bagi kita) keluar sarangnya (rumah) dan akan membawanya kembali kesarangnya. Begitupun saya dan mungkin kamu yang rindu dan ingin membagi cerita dan kisah-kisah selama di rantau. 

Bagi saya rantauan bukan menjadi halangan untuk mencintai, justru jarak dan waktu menjadi pengkristal cinta-cinta yang terpendam dalam. Rantauan menjadikan kita sebagai anak yang bangga pernah dikandung dan dibina dalam keluarga.  Menjadikan kita orang-orang yang menghargai waktu bersama mereka, misal dengan tidak berjam-jam bermain bersama gawai yang kita punya dan terhempas jauh ke dunia maya fana. Kita akan lebih menghargai waktu bersama mereka. 

Saya percaya setiap orang tua dan anak memiliki cerita spesial varietasnya sendiri. Tidak selalu romantisme, memang ada kalanya terisi dengan sedikit (banyak) dramatika masalah dan problematika. Tetapi fakta untuk berterimakasih, menyangi dan berbakti tetaplah menjadi kewajiban kita. Memeluklah selagi kau bisa, menelfonlah selagi kau mampu, dan berdoalah pada waktu-waktumu, salah satu amal yang tak putus adalah do’a anak sholeh. Berdo’a memang mudah (?) tapi sudahkah kita menjadi anak sholeh/a yang pahala dari do’a kita tak terputus?.

Terimaksih kepada ibu di seluruh dunia. Indonesia khususnya. Lebih lebih kepada Mak dan Ibuk, yang melahirkanku dari rahim dan hati-hatinya. Gerbang masuk ridho dan berkah dari Allah. Mencintamu, terbentuk do’a dan cinta yang terasa. Semoga diberikan kesehatan raga, ketenangan pikiran, dan kebahagiaan hati. Aamiin



Yogyakarta, 22 Desember 2015
Perpus Pusat UGM

Dodik Dermawan

Comments

Popular posts from this blog

Petualangan Baru

Duh, lama tidak menulis, hehe, ya kalau mau alasan karena laptop lama tepar hehe. Diselingi deru bunyi gesekan rel dan roda kereta, aku menghayal dan menyelam akan waktu yang lalu. Kalau disebutkan dengan kata-kata, banyak sekali yang bisa mewakili Jogja, apa? Rindu, Kenangan, Angkringan, Malioboro, Pantai, Kaliurang, Merapi, UGM, Pogung, Transjogja, JEC, Gramedia, Toga Mas, Jatabi, Sarang, Pantai, Sungai, Rumah?. Terlalu banyak untuk dituliskan, lebih karena aku tak ingin semakin dalam mengenangnya. Dan sekarang dititik ini, kembali berkaca. Manusia itu unik, ketika SMA ingin kuliah? Ah ditempat yang top lah. Ketika kuliah, ingin masa-masa SMA kembali, masa SMA emnag paling indah, dalihnya. Ketika kuliaaaah lamaaa pengen ndang lulus, selain karena kawan-kawannya dah pergi, tentu merasa juga tekanan dari rumah semakin tajam menghujam. Nak nda lulus. Lulus akhirnya menjadi kata yang begitu diidam-idamkan, lebih dari kata Nikah. Lulus, pengen kerja, iya dong, masa menggaggur mulu,...

Peluang Strategis Asosiasi Petani

‘’Semakin dekat pekerjaan itu dekat dengan tanah, semakin kurang berkelaslah pekerjaan itu minke” kata Ibu minke dalam Novel Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya. Dan tentu kita sepakat jika petani, adalah profesi yang sangat dekat dengan bahan hasil pelapukan batuan dan materi organik ini (tanah). Petani dipandang dari sisi historisnya telah menjadi kemampuan muthakhir dalam perkembangan umat manusia yang awalnya berpindah-pindah dan hanya berburu, lalu berkembang menjadi bercocok tanam, memproduksi sumber makanan melalui pertanian. Sudah barang tentu ini merupakan kelakuan sadar manusia jika alam tidak mampu lagi menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebuuhan populasi manusia yang semakin meningkat, jika tidak melakukan suatu proses produksi. Pada tahun 1980 Robert Maltus mencentuskan ‘Revolusi Hijau’ yang diartikan sebagai peningkatan produksi pertanian semaksimalnya dan menekan pertumbuhan penduduk seminimalnya. Di Indonesia pada khususnya melalui Presiden Soeharto mencanangkan p...

Pa, Pulang

Ramadhan tentu saja menjadi oase ditengah gurun 11 bulan duniawi. Tentu saja, rahmat, taufiq, hidayah, ampunan berlimpah dan di’diskon’ kepada siapa-siapa yang mau. Kalau diskon baju saja pada berebut, kenapa ini tidak. Sungguh sayang tentunya kan?. Bebicara tentang baju diskon, tentu tak lepas dari baju baru, akrab juga dengan ‘pelengkap’ ketika Lebaran, puncak dan perayaan setelah ramadhan penuh perjuangan (paling tidak seharusnya begitu). Hati baru yang telah dipermak selama masa pengeblengan bernama Ramadhan ini di’perkakas’kan berupa kebendaan serba baru, sebutlah baju, sepatu, sandal, sarung, kebaya, setelan seragam sekeluarga, bros, kerudung atau tetek bengek lainnya, kalau TIDAK, maka bukan lebaran namanya. Rasa-rasanya sentimen ini begitu melekat di benak kita, mungkin karena dari kecil kita sudah dididik, dicontohkan hal-hal kebendaan ini. Saya ingin mengatakan, tidak salah dengan barangbarang baru itu, jika darinya muncul kecintaan, muncul kebanggan akan sebuah ke...