Skip to main content

Ada Apa Dengan Bicara?


Kalau ada kata seni, sebagian dari kita mungkin akan langsung terlintas tentang karya-karya Leonardo da Vinci yang fenomenal, atau ada yang membayangkan mengenai pementasan drama kemarin malam, semuanya seni. Tapi teman-teman, ternyata seni itu lebih luas lagi, bahkan saya mau berkata jika setiap orang perlu melakukan dan memang tidak akan lepas dari seni. Mau bukti? coba lihat kamar kostmu itu, bukankan kamu menatanya dengan baik bukan? meskipun ya ukuran baik tiap orang berbeda, minimal kamu menatanya untuk menjalankan fungsinya secara semestinya, sesuai preferensi kamu. Itulah seni, karya kita dalam berbagai bidang yang mengandung estetika dan etika.
Dalam komunikasipun, juga ada seninya loh temen-teman. Kita tentu akan memilah bagaimana berkomunikasi dengan dosen, mahasiswa lain, warga, anak-anak, orang tua, bahkan Tuhan. Ada seni di dalamnya, ada estetika dan etika. Mengenai komunikasi barusan dapat materi menarik nih dari Alvin Adam School yang ingin aku bagi, check this out.
----
Public speaking terdiri dari 3 komponen utama, yaitu Verbal, Vocal dan Visual. Coba tebak yang paling dominan mana? apakah sama?. Ternyata ketiganya memiliki presentase berbeda dalam komunikasi. Verbal misalnya, itu hanya mampu berperan sebesar 7% saja, Vocal sebanyak 38% dan Visul nih temen-temen yang paling dominan yaitu sebesar 55%. Apa artinya? ketika kita berbicara maka apa yang kita bicarakan hanya mungkin diserap oleh audiens atau pendengar sebesar 7%  (maksimal) saja, rendah sekali. Jika dikombinasikan dengan dengan pemililihan jeda yang pas, volume yang bagus dan sesuai, kecepatan yang tepat, intonasi yang pas, jeda dan artikulasi yang apik, kemungkinan informasi yang kita sampaikan akan bisa diterima maksimal 45 %. Hmm belum sampai setengah ternyata, meski kita sudah memperbaiki banyak poin. Dan dengan visual yang bagus itulah penyempurna dalam komunikasi, mimik wajah, smalling voice, gerakan tangan, posisi pundak dan tubuh, semua gerak  tubuh kita memberikan kontribusi besar dalam komunikasi, hingga mnaksimal bisa 100% informasi itu dapat diterima.
-----
The Power of Speak, ya berbicara adalah seni sekaligus do'a.

Comments

Popular posts from this blog

Petualangan Baru

Duh, lama tidak menulis, hehe, ya kalau mau alasan karena laptop lama tepar hehe. Diselingi deru bunyi gesekan rel dan roda kereta, aku menghayal dan menyelam akan waktu yang lalu. Kalau disebutkan dengan kata-kata, banyak sekali yang bisa mewakili Jogja, apa? Rindu, Kenangan, Angkringan, Malioboro, Pantai, Kaliurang, Merapi, UGM, Pogung, Transjogja, JEC, Gramedia, Toga Mas, Jatabi, Sarang, Pantai, Sungai, Rumah?. Terlalu banyak untuk dituliskan, lebih karena aku tak ingin semakin dalam mengenangnya. Dan sekarang dititik ini, kembali berkaca. Manusia itu unik, ketika SMA ingin kuliah? Ah ditempat yang top lah. Ketika kuliah, ingin masa-masa SMA kembali, masa SMA emnag paling indah, dalihnya. Ketika kuliaaaah lamaaa pengen ndang lulus, selain karena kawan-kawannya dah pergi, tentu merasa juga tekanan dari rumah semakin tajam menghujam. Nak nda lulus. Lulus akhirnya menjadi kata yang begitu diidam-idamkan, lebih dari kata Nikah. Lulus, pengen kerja, iya dong, masa menggaggur mulu,...

Peluang Strategis Asosiasi Petani

‘’Semakin dekat pekerjaan itu dekat dengan tanah, semakin kurang berkelaslah pekerjaan itu minke” kata Ibu minke dalam Novel Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya. Dan tentu kita sepakat jika petani, adalah profesi yang sangat dekat dengan bahan hasil pelapukan batuan dan materi organik ini (tanah). Petani dipandang dari sisi historisnya telah menjadi kemampuan muthakhir dalam perkembangan umat manusia yang awalnya berpindah-pindah dan hanya berburu, lalu berkembang menjadi bercocok tanam, memproduksi sumber makanan melalui pertanian. Sudah barang tentu ini merupakan kelakuan sadar manusia jika alam tidak mampu lagi menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebuuhan populasi manusia yang semakin meningkat, jika tidak melakukan suatu proses produksi. Pada tahun 1980 Robert Maltus mencentuskan ‘Revolusi Hijau’ yang diartikan sebagai peningkatan produksi pertanian semaksimalnya dan menekan pertumbuhan penduduk seminimalnya. Di Indonesia pada khususnya melalui Presiden Soeharto mencanangkan p...

Pa, Pulang

Ramadhan tentu saja menjadi oase ditengah gurun 11 bulan duniawi. Tentu saja, rahmat, taufiq, hidayah, ampunan berlimpah dan di’diskon’ kepada siapa-siapa yang mau. Kalau diskon baju saja pada berebut, kenapa ini tidak. Sungguh sayang tentunya kan?. Bebicara tentang baju diskon, tentu tak lepas dari baju baru, akrab juga dengan ‘pelengkap’ ketika Lebaran, puncak dan perayaan setelah ramadhan penuh perjuangan (paling tidak seharusnya begitu). Hati baru yang telah dipermak selama masa pengeblengan bernama Ramadhan ini di’perkakas’kan berupa kebendaan serba baru, sebutlah baju, sepatu, sandal, sarung, kebaya, setelan seragam sekeluarga, bros, kerudung atau tetek bengek lainnya, kalau TIDAK, maka bukan lebaran namanya. Rasa-rasanya sentimen ini begitu melekat di benak kita, mungkin karena dari kecil kita sudah dididik, dicontohkan hal-hal kebendaan ini. Saya ingin mengatakan, tidak salah dengan barangbarang baru itu, jika darinya muncul kecintaan, muncul kebanggan akan sebuah ke...