Skip to main content

Jalan Lain Bernama Kelompok Studi

Masyarakat secara umum memandang lembaga kemahasiswaan sebatas Badan Eksekutif Mahasiswa. Tetapi, kenyataannya terdapat banyak jenis lembaga mahasiswa. 

Salah satunya lembaga mahasiswa yang bergerak dengan diskusinya, penelitiannya, dan karya-karya inovatifnya. Lembaga kemahasiswaan inilah yang disebut sebagai kelompok studi. Beda zaman, beda tantangannya. Kelompok studi saat ini tampil sebagai salah satu jawaban atas tantangan yang berbeda itu. 

Ada dua alasan pokok mengapa kelompok studi ini menjadi jawaban menghadapi tantangan masa kini. Pertama, support pengetahuan untuk publik melalui berbagai penelitian dan keilmuan, tidak hanya dari kalangan ilmu alam dan teknik, tetapijugasosial, kebudayaan, dankemasyarakatan. 

Kedua, kelompok studi melalui penelitiannya akan memproduksikarya- karya inovatifyangdapatbersaingdikalangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) maupun dunia. Di UGM terdapat puluhan kelompok studi, contohnya Kelompok Studi Entomologi yang memfokuskan kegiatannya dalam penelitian dan keilmuan di bidang serangga dan kaitannya dalam bidang pertanian, kesehatan, dan biodiversitas. 

Terdapat juga Gama Cendekia sebagai unit interdisipliner yang mempertemukan mahasiswa- mahasiswa lintas bidang studi. Kelompok-kelompok studi ini memiliki tekad yang sama dengan yang dimiliki MITI maupun LIPI yaitu untuk membangun bangsa dan negara melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Hanya, dalam lingkup yang lebih kecil yaitu pada kalangan mahasiswa. Kelompok studi merupakan wajah sebuah lembaga mahasiswa yang relevan dan menjawab tantangan zamannya untuk mengisi reformasi dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. 

Ini bukan berarti lembaga mahasiswa tipe lain tidak relevan, tetapi masing-masing lembaga mahasiswa memiliki ranah perjuangannya, memiliki perbaikan yang ingin dibawa dan disuarakan. Saya rasa lembaga mahasiswa sepakat untuk menjawab tantangan zaman kini dengan inovasi-inovasi dan tetap memiliki idealisme yang sama. 

DODIK DERMAWAN 
Mahasiswa Jurusan Biologi, 
Universitas Gadjah Mada

Sayang kalau tidak disimpan di blog pribadi. Tulisan pertama yang dimuat di media (tepat setahun yang lalu), selain di media digital juga dicetak pada tanggal yang sama. Terimakasih koran sindo. cek juga di:

http://www.koran-sindo.com/

Comments

Popular posts from this blog

Pa, Pulang

Ramadhan tentu saja menjadi oase ditengah gurun 11 bulan duniawi. Tentu saja, rahmat, taufiq, hidayah, ampunan berlimpah dan di’diskon’ kepada siapa-siapa yang mau. Kalau diskon baju saja pada berebut, kenapa ini tidak. Sungguh sayang tentunya kan?. Bebicara tentang baju diskon, tentu tak lepas dari baju baru, akrab juga dengan ‘pelengkap’ ketika Lebaran, puncak dan perayaan setelah ramadhan penuh perjuangan (paling tidak seharusnya begitu). Hati baru yang telah dipermak selama masa pengeblengan bernama Ramadhan ini di’perkakas’kan berupa kebendaan serba baru, sebutlah baju, sepatu, sandal, sarung, kebaya, setelan seragam sekeluarga, bros, kerudung atau tetek bengek lainnya, kalau TIDAK, maka bukan lebaran namanya. Rasa-rasanya sentimen ini begitu melekat di benak kita, mungkin karena dari kecil kita sudah dididik, dicontohkan hal-hal kebendaan ini. Saya ingin mengatakan, tidak salah dengan barangbarang baru itu, jika darinya muncul kecintaan, muncul kebanggan akan sebuah ke...

Peluang Strategis Asosiasi Petani

‘’Semakin dekat pekerjaan itu dekat dengan tanah, semakin kurang berkelaslah pekerjaan itu minke” kata Ibu minke dalam Novel Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya. Dan tentu kita sepakat jika petani, adalah profesi yang sangat dekat dengan bahan hasil pelapukan batuan dan materi organik ini (tanah). Petani dipandang dari sisi historisnya telah menjadi kemampuan muthakhir dalam perkembangan umat manusia yang awalnya berpindah-pindah dan hanya berburu, lalu berkembang menjadi bercocok tanam, memproduksi sumber makanan melalui pertanian. Sudah barang tentu ini merupakan kelakuan sadar manusia jika alam tidak mampu lagi menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebuuhan populasi manusia yang semakin meningkat, jika tidak melakukan suatu proses produksi. Pada tahun 1980 Robert Maltus mencentuskan ‘Revolusi Hijau’ yang diartikan sebagai peningkatan produksi pertanian semaksimalnya dan menekan pertumbuhan penduduk seminimalnya. Di Indonesia pada khususnya melalui Presiden Soeharto mencanangkan p...

Petualangan Baru

Duh, lama tidak menulis, hehe, ya kalau mau alasan karena laptop lama tepar hehe. Diselingi deru bunyi gesekan rel dan roda kereta, aku menghayal dan menyelam akan waktu yang lalu. Kalau disebutkan dengan kata-kata, banyak sekali yang bisa mewakili Jogja, apa? Rindu, Kenangan, Angkringan, Malioboro, Pantai, Kaliurang, Merapi, UGM, Pogung, Transjogja, JEC, Gramedia, Toga Mas, Jatabi, Sarang, Pantai, Sungai, Rumah?. Terlalu banyak untuk dituliskan, lebih karena aku tak ingin semakin dalam mengenangnya. Dan sekarang dititik ini, kembali berkaca. Manusia itu unik, ketika SMA ingin kuliah? Ah ditempat yang top lah. Ketika kuliah, ingin masa-masa SMA kembali, masa SMA emnag paling indah, dalihnya. Ketika kuliaaaah lamaaa pengen ndang lulus, selain karena kawan-kawannya dah pergi, tentu merasa juga tekanan dari rumah semakin tajam menghujam. Nak nda lulus. Lulus akhirnya menjadi kata yang begitu diidam-idamkan, lebih dari kata Nikah. Lulus, pengen kerja, iya dong, masa menggaggur mulu,...