Skip to main content

Kamu Menanggung, Aku Menjawab Saja



Kamu Menanggung, Aku Menjawab Saja...
Dia berkelit, dan berkelakar. Enak saja, padahal mengerjakannya bersama...
--------------------
Tentang menanggung dan menjawab, mereka bertemu dalam mahligai bernama Tanggung Jawab. Dan ini nih, salah satu poin penting belajar menjadi dewasa.
Sudah menjadi pemahaman kita bersama, jika umur bukanlah patokan utama seseorang disebut telah dewasa. Dalam kenyataannya membuktikan dan kita dapat menyaksikannya sendiri, ada orang yang telah berumur 120 kali panen jagung, tapi kelakuannya mirip-mirip jagung baru tumbuh rambutnya. Juga kita melihat, anak-pianak kecil yang menunjukkan sikap-sikap yang membuat kita tercengang. Umur bukan satu-satunya penilaian orang sudah dewasa atau belum.
Salah satu ciri dan karakter yang dimiliki oleh orang yang telah dewasa adalah bertanggung jawab. Apa yang ditanggung dan apa yang dijawab?. Buya HAMKA menyatakan, setiap orang memiliki hak yang diiringi kewajiban. Hak paling mendasar manusia adalah hidup. Barang tentu hak-hak kita, kewajiban-kewajiban kita, tanggung jawab kita. Kita menanggung resiko dan manfaat dari apa yang kita lakukan melalui serangkaian keputusan berupa tindakan, misalnya saja kita memilih tidur selepas sahur, kita siap menanggung resiko kesiangan, perut mual sehabis sahur, lewat subuh, demi untuk mendapatkan manfaat tidak mengantuk misalnya.
Tanggung Jawab. Bagian kedua yaitu jawab. Menjawab pertanyaan dari yang berhak menanyakan, siapa? Adalah yang memberi amanah, memberi kesempatan, memberi kepercayaan, misalnya saja orang tua, kita kan diberi amanah untuk sekolah, ketika ditanya? Bagaimana sekolah kita? Sudah menjadi keharusan dan kewajaran kita menjawab dengan sebaik dan sebenarbenarnya, kepala Pimpinan, kita diberi kepercayaan untuk mengemban tugas bagian marketing misalnya, ketika ditanya, bagaimana perkembangannya? Sudah barang tentu kita akan menjelaskan. And the highest adalah ketika kita menjawab pertanyaan-pertanyaan Tuhan (Allah S.W.T), untuk apa hidup yang telah diberikanya kepada kita?, dan kita tak akan pernah bisa mengelak.
Menjadi dewasa menjadi bertanggung jawab. Dalam skala yang lebih besar, dan hidup yang meningkat, tentu tanggung jawab akan meningkat, bekerja memiliki rekan kerja, instansi atau perusahaan yang kinerja kita menjadi tanggung jawab kita, berkeluarga memiliki pasangan dan buah hati, orang tua dan lainnya. Kita harus menanggung dan menjawab, bukan sebagai paksaan dalam konotasi negatif, tetapi sebagai harkat menjalankan kewajiban yang sudah menjadi garis kehidupan bermasyarakat.
Kita berproses dan berproges, dari yang kecil dan setiap hari, meningkatmeningkat, sudah sewajarnya memang, yang mampu menanggung yang kecil, baru akan terus meningkat, membesar.
Berhenti berlari, berlari dari kenyataan tanggungjawab, kabur dari hal benar dan pergi ke tempat yang salah dengan membuang waktu. Kerjakan, dan rasakan kebahagiaan.
Bismillah, Lillahi Ta'ala.

Comments

Popular posts from this blog

Pemikiran berkembang

Ada dua hal yg menjadi catatan bergaris bawah (selain catatan lainnya) dr lembar 1-35 Buku Tourism marketing 3.0 yang sedang saya baca. Pertama adalah pergeseran dari individual ke social, dalam konteks ini adalah inisiatif pada masyarakat yg merata saat ini, yaitu masyarakat yg akses pendidikan, pengetahuan, jaringan, komunikasi dapat terjangkau oleh siapa saja, inisiatif dan perubahan tidaklah hadir dari satu orang superpower, tetapi merupakan kolektif dalam komunitas atau kelompok masyarakat yg mempunyai kesamaan persepsi dan mau bergerak bersama. Maka kawan,  temukan 'squad/clan' dan berusahalah menjadi superteam untuk sebuah kebaikan, bukan (hanya) menjadi superman. Kedua adalah generasi (yg) tua akan berfikir bahwa pengalaman adalah pengetahuan paling berharga, padahal diera sekarang perubahan itu datang dengan begitu cepat dan masiv, maka masa depan akan sangat dinamis dan berubah dari kondisi yang lalu, maka jangan hanya sibuk menengok kebelakang tapi tataplah kedepan

Prof ODi#1 Edible Insect

Design by Media/Jaringan KSE 2017 Halooo, Assalammualaikum, senang sekali malam ini bisa bertatap chat dengan sarangers semuaa, semoga selalu sehat dan bahagia disana. Moderator: Sevi Ratna Sari 1. Mas Dodik, sebenarnya Edible Insect itu apa sih??? Temen2 pasti dah tau, secara bahasa mungkin dapat diartikan sebagai serangga yang dapat dimakan.Tapi dimensinya sangat luas, dengan inti adalah "Pangan". Dimensinya bisa ke arah bisnis, sosial masyarakat, kesehatan dan gizi, teknologi, konservasi. 2. Wah, luas sekali berarti ya mas...􀄃􀇏Moon cry􏿿  Jadi kalu mau dibuat spesifikasi, serangga pa saja mas yang berpotensi sebagai edible insect? Apakah semua serangga? Dan sebenarnya apa yang membuat serangga itu dapat dikonsumsi oleh manusia? Nah, ini juga yang waktu itu ditanyakan oleh dosen pembimbing skripsi (Drs. Ign. SUdaryadi, M.Kes) waktu awal-awal konsul. Menurut Van Huis et al. (2013) serangga yang dapat dikatakan sebagai edible adalah yang memenuhi kriteria:

Pasca Kampus dan Gaya Hidup

Sudah seharusnya dan sewajarnya pada masa post modern seperti sekarang kita merasakan masamasa pasca pendidikan, pendidikan formal khususnya. Karena pasca bangku sekolah sungguh banyak ladang ilmu yang masih perlu dicangkul, digali sari pati pelajarannya. Ilmuilmu praktis yang bisa langsung dipraktekkan dan seringkali langsung berdampak. Selain itu, pasca sekolah juga menjadi ladang, bagi merekamereka untuk mencangkul dan menanam harapan, menumbuhkan semangat dan menuai hasilnya, yg tidak hanya sendirian menikmatinya, tapi untuk bersama. Idealnya begitu. Tapi setelah menapakinya, tenyata masih hutan belantara, ladang yg ideal belum ditemukan. Ada beberapa kemungkinan, kita terjebak dan tersesat tanpa pernah membuat ladang itu terwujud, atau kita terpaksa menumpang ladang orang, menjadi follower saja. Atau pilihan yg kebanyakan millenial menyukainya adalah menjadi orang yg membuka lahan sendiri. Tapi ini berat kawan. Tapi bukan mustahil. Banyak sekali semak menyesatkan, lumpur pengh